[09.30 am @my lovely office]
hmmm...hujan akhirnya berhenti juga..suasana dingin membuatku semakin malas untuk melakukan apapun..hahaha,,,tapi itu tidak mungkin,,secara gue kerja gitu lho,,hahaha,...mau kena pecat..??
seperti biasa..salah satu rutinitasku adalah mengecek email kantor,,nah,,nyambi juga neh..baca inpo..hahaha...bukan hanya soalan inpotaiment itu lho...inpo berita,cerita yang menginspirasi ..salah satu yang mau gua share adalah tentang seorang anak perempuan muda yang sudah menerbitkan buku..namanya adalah Raisa Affandi .. untuk lebih lengkapnya silahkan baca artikelnya yang saya ambil dari dari sini
FIMELA.com membuat janji bertemu dengan anak pertama dari dua bersaudara ini pukul 4 sore, saat Raisa pulang sekolah. Tak lama FIMELA.com tiba di rumahnya, sebuah mobil berhenti di depan rumah dan keluarlah seorang anak perempuan berambut panjang dengan behel menghiasi giginya.
Menunggu Raisa berganti baju dan beristirahat sejenak, kami berkeliling melihat foto-foto keluarga yang terpajang di ruang tamu. Tak lama keluarlah Raisa ditemani dengan ibunya. Sambil menikmati segelas jus, Raisa duduk dan mengambil ancang-ancang untuk ngobrol dengan FIMELA.com.
Sebenarnya bukumu (baru diluncurkan bulan April 2011) bercerita tentang apa sih? “Buku ini bercerita tentang adik aku yang pintar,” ujar Raisa dengan sikap cuek khas anak-anak. Ini terlihat dari cuplikan berikut yang menggambarkan tokoh utama Mimi Bo (adiknya yang ia gambarkan dalam buku) yang menjadi bayi paling cerdas dalam cerita tersebut.
“What are rainbows made of?”
“LIGHT!” Mimi Bo blurted out. Lara-Sin seemed impressed.
“Correct. Second question; can we touch a rainbow?”
“Yes, but it’s made of light, so we don’t feel anything.”
“Very Good! Are rainbows useful?”
“Well, its bright colors can cheer us up when we’re feeling blue.”
(Mimi Bo and the Missing Diary, Raisa Affandi, p.76-77)
Diterbitkannya buku Mimi Bo and The Missing Diary pun tak lepas dari kesengajaan ibu Raisa saat mengintip komputer yang sedang digunakan anaknya. “Dia memang sudah suka menulis sejak dulu. Suatu saat, ketika Raisa sedang berkutat di depan layar komputer, saya melihat tulisan yang sudah ia buat cukup panjang dan sudah mencapai seratus halaman. Karena penasaran, saya membuat print out dan membaca naskah yang ia tulis, ternyata cukup bagus. Akhirnya saya memberikan naskah ini ke beberapa teman penulis dan atas saran mereka buku ini akhirnya diterbitkan. Tapi, karena buku ini berbahasa Inggris, diterbitkannya pun independen. Saya menerbitkan buku ini sebagai salah satu apresiasi terhadap hasil karya Raisa,” Titi, ibu Raisa menambahkan.
Menelurkan buku dalam bahasa Inggris saat berusia 11 tahun merupakan salah satu prestasi yang sangat membanggakan. Apa sih, alasan Raisa menulis cerita dalam bahasa Inggris? “Aku nulis pakai bahasa Inggris karena lebih gampang. Kalau nulis pakai bahasa Indonesia, justru capek,” ujar Raisa sambil meneguk jusnya. Enam tahun bermukim di Inggris membuat Raisa lebih terbiasa dengan bahasa Inggris. “Dia mungkin lebih nyaman bahasa Inggris karena bahasa pertamanya adalah bahasa Inggris. Tapi, saya tetap berbicara dengan bahasa Indonesia saat di rumah. Bahasa Indonesia Raisa juga bagus. Dia pernah menjadi salah satu penulis cerita terbaik dalam bahasa Indonesia,” Bunda Raisa kembali menambahkan. Cerita yang menarik berhasil membuat sebuah penerbit besar Indonesia tertarik untuk menerjemahkan dan menerbitkan kembali bukunya ke dalam bahasa Indonesia.
Berawal dari kegemarannya membaca berbagai macam buku, Raisa pun mulai suka menulis cerita. Buku tentang adiknya ini sudah ia rencanakan untuk dibuat sebanyak 9 seri. “Buku ini akan dibuat sampai 9 seri. Yang pertama tentang adikku yang pintar dan yang satu lagi tentang adikku yang nakal,” tutur Raisa. Selain membaca buku, Raisa juga nggak bisa lepas dari komputer kesayangannya. Browsing, menulis, mengerjakan tugas, dan membuat berbagai macam gambar desain bisa bikin dia betah berlama-lama duduk di depan komputer. “Kalau sudah di depan komputer, dia harus sering-sering diingatkan karena dia bisa lupa waktu. Bahkan, kalau saya nggak mengingatkan dia bisa melewati waktu makan,” tutur Bunda Raisa sambil memandangi anaknya yang duduk berseberangan.
Terinspirasi dari adik perempuannya yang saat ini berusia 3 tahun, bocah yang saat ini duduk di bangku kelas 6 sebuah Sekolah Dasar swasta di daerah Bintaro telah berhasil menyelesaikan dua seri naskah buku. Adanggak waktu khusus yang disediakan untuk menulis? Dan apa aja yang bisa mendatangkan inspirasi menulismu? “Nggak ada waktu khusus. Aku nulis ya kalau aku lagi mau nulis. Inspirasiku ya cuma adikku, Kayla. Dan nggak pasti juga berapa lama aku bisa nulis ngelanjutin cerita. Kalau sudah capek, berhenti,” ujar Raisa dengan cuek sambil memain-mainkan kakinya.